Perubahan
Sosial Budaya: Pengertian, Proses & Faktor
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjD2oKfzeHPAhXFQo8KHTBQC3YQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fcarapedia.com%2Fperubahan_sosial_info730.html&psig=AFQjCNHV9JfnIC-8A-FYe1RP3soTnbtOrw&ust=1476785579021772
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjD2oKfzeHPAhXFQo8KHTBQC3YQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fcarapedia.com%2Fperubahan_sosial_info730.html&psig=AFQjCNHV9JfnIC-8A-FYe1RP3soTnbtOrw&ust=1476785579021772
A. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, mencakup perubahan budaya yang di dalamnya terdapat perubahan
nilai-nilai dan tata cara kehidupan dari tradisional menjadi modern.
Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi
dalam masyarakats ebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam
buku Sociological Writings).
W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya
masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam bukuSociology in
Changing World).
Perubahan sosial budaya dapat bersumber pada pengalaman baru, pengetahuan baru,
penemuan baru, persepsi dan konsepsi baru, serta teknologi baru, sehingga
menuntut penyesuaian cara hidup serta kebiasaan masyarakat pada situasi yang
baru. Di dalamnya terjadi juga perubahan sistem nilai budaya, sikap mental demi
terciptanya keseimbangan, dan integrasi terhadap sistem nilai budaya.
B. Proses Perubahan Soaial Budaya
Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat umumnya dilakukan
melalui akulturasi, asimilasi, dan difusi.
1. Akulturasi
Akulturasi adalah proses bertemunya dua budaya atau
lebih di mana unsur-unsur budaya lama atau asli masih terlihat dan tidak
hilang. Misalnya, proses percampuran budaya Jawa dengan budaya Islam yang
saling memengaruhi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa akulturasi adalah
proses masuknya pengaruh budaya asing ke dalam suatu masyarakat di mana
sebagian masyarakat menyerap secara selektif dan sebagian lain berusaha
menolaknya.
2. Asimilasi
Proses bertemunya dua budaya atau lebih yang
bercampur menjadi satu dalam bentuk budaya baru, sementara budaya aslinya tidak
tampak disebut asimilasi. Proses asimilasi berlangsung secara intensif dalam
kurun waktu yang cukup lama, sehingga unsur-unsur dan wujud tiap budaya lebur
menjadi unsur dan wujud budaya yang lebih dinamis. Asimilasi berbeda dengan
akulturasi. Dalam akulturasi, setiap budaya masih memiliki identitas konkret,
sedangkan dalam asimilasi, identitas budaya dari setiap budaya asli yang mengalami
kontak budaya lebur menjadi unsur dan wujud budaya baru yang jauh berbeda
dengan budaya aslinya.
3. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan
suatu unsur budaya dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kelompok
masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Prinsip yang pertama dari difusi
adalah unsur-unsur kebudayaan itu pertama-tama akan diambil alih masyarakat
yang paling dekat hubungannya atau letaknya paling dekat dari sumbernya. Baru
kemudian, kebudayaan baru tersebut diambil oleh masyarakat yang jauh hubungan
atau letaknya jauh dari sumber unsur budaya baru.
C. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
Budaya
Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat.
1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Budaya
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan
sosial budaya antara lain sebagai berikut.
·
Kontak dengan kebudayaan lain.
·
Sistem pendidikan yang maju.
·
Sikap menghargai hasil karya orang lain dan
keinginan kuat untuk maju.
·
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang.
·
Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.
·
Keadaan masyarakat yang majemuk.
·
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan tertentu.
·
Orientasi hidup ke masa depan.
·
Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat
kehidupan, artinya tidak mudah menyerah pada keadaan.
2. Faktor Penghambat
Perubahan Sosial Budaya
Kamu sudah tahu faktor apa saja yang menjadi
pendorong perubahan sosial budaya. Nah, tahukah kamu, faktor apa saja yang
menjadi penghambat perubahan sosial budaya? Sekarang, kamu akan belajar
beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan (rasistance to
change) sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai berikut.
·
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
·
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.
·
Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
·
Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan
yang telah tertanam dengan kuat (vested interest).
·
Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
·
Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.
·
Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
·
Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.
·
Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini
buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
Faktor Internal Penyebab Perubahan Sosial Budaya. Faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber
dalam masyarakat itu sendiri yaitu sebagai berikut.
1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat, menyebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang menyangkut
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami
perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa
tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan karena berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mungkin mengakibatkan kekosongan,
misalnya dalam bidang pembagian kerja, stratifikasi sosial dan selanjutnya,
yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-Penemuan Baru
Adanya penemuan baru dapat menyebabkan terjadinya perubahan.
Proses penemuan baru disebut inovasi. Penemuan baru sebagai sebab terjadinya
perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang
berupa suatu alat baru, ataupun yang berupa suatu ide yang baru, yang
diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari
individuindividu dalam masyarakat yang bersangkutan. Invention adalah penemuan
baru yang sudah diakui, diterima, serta diterapkan oleh masyarakat. Sehingga
discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima
serta menerapkan penemuan baru itu.
Faktor pendorong bagi individu-individu untuk mencari
penemuan-penemuan baru antara lain:
a) kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam
kebudayaan,
b) kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan,
c) perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam
masyarakat
Di dalam setiap masyarakat tentu ada orang perorangan yang
sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Di antara
orang-orang tersebut banyak yang menerima kekurangan-kekurangan tersebut
sebagai sesuatu hal yang memang harus diterima saja. Orang lain mungkin tidak
puas dengan keadaan itu, akan tetapi tidak mampu untuk memperbaiki keadaan
tersebut. Mereka inilah yang merupakan pencipta-pencipta hal-hal yang baru
tadi. Keinginan akan kualitas dari ahli-ahli dalam suatu masyarakat, juga
merupakan suatu pendorong bagi terciptanya penemuan-penemuan baru.
Keinginan dari para ahli tersebut untuk mempertinggi
kualitas dari hasil-hasil karyanya merupakan pendorong baginya untuk meneliti
kemungkinan-kemungkinan dibuatnya ciptaan-ciptaan yang baru. Seringkali bagi
mereka yang telah menemukan hal-hal yang baru diberikan hadiah atau tanda jasa
atas jerih payahnya. Hal ini merupakan pendorong bagi mereka untuk lebih giat
lagi.
Di samping penemuan-penemuan baru di bidang unsur-unsur
kebudayaan jasmaniah atau kebendaan, terdapat pula penemuan-penemuan baru di
bidang unsur-unsur kebudayaan rohaniyah, misalnya adanya ideologi baru,
aliran-aliran kepercayan yang baru, sistem hukum yang baru, dan seterusnya.
Penemuan-penemuan baru yang oleh Ogburn dan Nimkoff
dinamakan “social invention” adalah penciptaan pengelompokan dari
individu-individu yang baru, atau penciptaan adat-istiadat baru, maupun suatu
perikelakuan sosial yang baru. Akan tetapi yang terpenting adalah, akibatnya
terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang kemudian berpengaruh pada
bidang-bidang kehidupan lainnya. Misalnya, dengan dikenalnya nasionalisme di
Indonesia pada awal abad ke 20 melalui mereka yang pernah mengalami pendidikan
barat. Timbullah gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik, gerakan
gerakan yang kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang baru
dikenal yaitu partaipartai politik.
3) Pertentangan (Konflik)
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya .
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di
antaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual
dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi
berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik. Adanya pertentangan dalam masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara
orang perorangan, orang perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok.
Pertentangan antarkelompok mungkin terjadi antara generasi
tua dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan demikian itu kerapkali
terjadi, apalagi pada masyarakatmasyarakat yang sedang berkembang dari tahap
tradisional ke tahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya,
lebih mudah untuk menerima unsure unsur kebudayaan asing (misalnya kebudayaan
Barat) yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan
tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan tertentu dalam masyarakat
misalnya pergaulan yang lebih bebas antara wanita dengan laki-laki.
4) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi di Dalam Tubuh
Masyarakat itu Sendiri
Perubahan dapat terjadi karena adanya pemberontakan oleh
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat terhadap kondisi yang telah mapan. Sebagai
contoh adalah adanya Revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat
kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak
sewenang-wenang.
Contoh lain adalah revolusi yang terjadi pada bulan Oktober
1917 di Rusia yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan besar. Negara
tersebut yang mula mula mempunyai bentuk kerajaan yang absolut, berubah menjadi
diktator proletariat yang didasarkan pada doktrin Marxisme. Segenap
lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih
mengalami perubahan-perubahan yang besar sampai ke akar-akarnya.
0 komentar