Ada beberapa definisi penyimpangan sosial,yang
diajukan para sosiolog :
a. James Vander Zander
Perilaku menyimpang
merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas batas
toleransi oleh sejumlah besar orang.
b. Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang
adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam suatu
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku tersebut.
c. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang
adalah setiap perilaku yang berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Penyimpangan adalah
setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
Dari definisi-definisi
di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai setiap
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku-perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau
tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan
istilah-istilah negatif.
CIRI-CIRI
PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Paul B. Horton
penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Perilaku dikatakan
menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan
diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa
diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan
merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Semua orang pernah
melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat
relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada
frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan
setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan
mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
d. Penyimpangan terhadap budaya
nyata ataukah budaya
ideal
Budaya ideal adalah
segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan
tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap
peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu
terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e. Terdapat norma-norma
penghindaran dalam penyimpangan
Norma penghindaran
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka,
tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka.Jadi
norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat
setengah melembaga.
f. Penyimpangan sosial
bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak
selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat
pemikiran stabilitas sosial.
FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA PENYIMPANGAN SOSIAL
Menurut Wilnes dalam
bukunya “Punishment and Reformation“ sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
o
Faktor subjektif, adalah faktor
yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak
lahir).
o
Faktor objektif, adalah faktor
yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya,
berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu
(faktor objektif):
a. Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan
Seseorang yang tidak
sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat
membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari
proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam
keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa
mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai anggota keluarga.
b. Proses belajar yang menyimpang
Seseorang yang melakukan
tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang
perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang
disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang
melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara
melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal.
Demikian halnya karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan
kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk
proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih
(white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara
bermilyar-milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di
kantor/mengelola uang negara, lama-kelamaan makin berani dan menggunakan
berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena
tertutup oleh penampilan sesaat.
c. Ketegangan antara
kebudayaan dan struktur sosial
Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang
tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka
terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat
makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan
kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun
tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai
tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi
akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan
menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak
listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang
tersembunyi.
d. Ikatan sosial yang berlainan
Setiap orang umumnya
berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola
perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola
perilaku menyimpang.
e.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang
Seringnya media massa
menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)
menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang
tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar
dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi
nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap
perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.
BENTUK-BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL
Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
a. Bentuk penyimpangan
berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1.) Penyimpangan bersifat positif
Penyimpangan bersifat
positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem
sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan
seseorang.
Penyimpangan seperti ini
biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya
emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.
2.) Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah
nilai-nilai sosialyang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Bobot penyimpangan
negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah
susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran
terhadap tata cara dan sopan santun.
Bentuk penyimpangan yang
bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
a.) Penyimpangan primer (primary deviation)
Penyimpangan primer
adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan
tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih
diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku
menyimpang tersebut. Misalnya: siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali
melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
b.) Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan sekunder
adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat
cukup parah serta mengganggu orang lain. Misalnya: orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang
melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan
masyarakat dan mereka biasanya dicap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
“penodong” dan “pemerkosa”. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia
ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1.) Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang darinorma-norma
suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya: seseorang bertindak sendiri tanpa
rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong dan memeras.
Penyimpangan individu
berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
a.) Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat
orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.) Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada
peringatan orang-orang.
c.) Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku dalam masyarakat.
d.) Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan
norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
e.) Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji,
berkata bohong, mengkhianati kepercayaan dan berlagak membela.
2.) Penyimpangan
kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok
adalah tindakan sekelompok orang yang beraksi secara kolektif dengan cara yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya: mafia obat-obatan
terlarang dan narkotika, geng, dan komplotan penjahat.
Dalam penyimpangan
kelompok biasanya kejahatan yang mereka lakukan sulit dibongkar dan dilacak
pihak kepolisian.
JENIS-JENIS
PENYIMPANGAN SOSIAL
Batasan perilaku
menyimpang ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Jenis penyimpangan sosial
(perilaku menyimpang), antara lain sebagai berikut:
a. Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksual
adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan seksual dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1.) Perzinaan
2.) Suka terhadap
sesama jenis (homoseksualitas)
a.) Lesbian
adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita.
b.) Homoseks
adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.
3.) Hubungan
seksual di luar nikah (kumpul kebo)
4.) Pemerkosaan
Penyimpangan seksual
selain bertentangan dengan norma, juga berbahaya bagi pelakunya maupun bagi
masyarakat. Bahaya dari penyimpangan seksual antara lain sebagai berikut:
1.) Pencemaran dan pencampuradukan keturunan.
Masyarakat Indonesia masih menjunjung adat keturunan yang mengagungkan
kesucian, kehormatan, dan kemurnian keturunan.
2.) Penularan penyakit kelamin yang membahayakan
pasangan suami istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya.
Penyakit HIV AIDS yang sangat menakutkan juga disebabkan oleh zina.
3.) Ketidakteraturan rumah tangga sebagai akibat
perceraian karena suami atau istri berbuat zina, sehingga menghancurkan
keluarga.
4.) Terlantarnya anak-anak yang tidak berdosa
sebagai akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab (para pelaku
zina), sehingga anak yang dilahirkan mendapat julukan anak haram.
b. Penyalahgunaan narkotika
Penggunaan narkotika di
bidang kedokteran, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat
memberikan manfaat bagi manusia. Sebaliknya jika narkotika digunakan tidak
sesuai dengan norma agama dan masyarakat maka akan mengakibatkan perilaku
menyimpang.
Jenis-jenis narkotika
antara lain ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin, dan heroin. Ada beberapa
alasan orang menggunakan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Ingin menghilangkan atau mengurangi rasa
takut.
2.) Ingin menghilangkan rasa malu atau
minder.
3.) Ingin melupakan kesulitan atau
permasalahan hidup meskipun hanya sebentar.
4.) Ada yang hanya sekedar ingin coba-coba
supaya tidak ingin ketinggalan zaman.
Penggunaan narkotika
pada tingkatan dan waktu tertentu akan mengakibatkan ketergantungan pada
narkotika. Bahkan bisa menjadikan seseorang berbuat menyimpang seperti
pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan.
Contoh penyalahgunaan
narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Zat yang semestinya diberikan kepada
orang sakit untuk mengurangi rasa sakit malah dipakai orang sehat.
2.) Obat penenang semestinya untuk pasien
jiwa agar tidak mengamuk justru dipakai orang sehat.
c. Perkelahian pelajar
d. Alkoholisme
e. Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan
f. Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari
biasanya
Penyimpangan dalam gaya
hidup yang lain dan biasanya, misalnya berikut ini:
1.) Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti
kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa saja dilakukan oleh
seseorang yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya.
2.) Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga
dianggap aneh, seperti anak laki-laki memakai anting-anting, perempuan memakai
anting di lidahnya, gaya rambut modern (berdiri ke atas) dan seniman berambut
gondrong.
Penyimpangan Sosial dan Pengendalian Sosial
Perilaku menyimpang ataupun anti sosial merupakan hasil dari sosialisasi yang
tidak sempurna. Ketidaksempurnaan proses sosialisasi itu disebabkan juga oleh
gagalnya individu atau kelompok untukmengidentifikasi diri
agar pola perilakunya sesuai dengan kaidah atau nilai dan norma sosial di
masyarakat. Apa yang menyebabkan seseorang bisa berperilaku menyimpang dan
bagaimana cara mengendalikannya? Langsung saja kita simak selengkapnya…..
1. Perilaku Menyimpang
1.1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Berikut adalah beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut
para ahli sosiologi.
1.
James W. Van der Zaden. Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
2.
Robert M. Z. Lawang. Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3.
Paul B. Horton. Penyimpangan
sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau masyarakat.
Kesimpulan dari ketiga pengertian perilaku menyimpang menurut para
ahli di atas adalah semua perlaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
1.2. Ciri-Ciri Penyimpangan Sosial
Menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri
berikut:
1.
Penyimpangan harus dapat didefinisikan
2.
Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
3.
Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
4.
Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
5.
Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
6.
Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
1.3. Teori-Teori Penyimpangan Sosial
1.
Teori kebudayaan khusus
2.
Teori anomie
3.
Teori reaksi masyarakat
4.
Teori differential association (pergaulan berbeda)
5.
Teori labelling
6.
Teori merton
7.
Teori fungsi
1.4. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial
1.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
2.
Proses belajar yang menyimpang
3.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
4.
Ikatan sosial yang berlainan
5.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan yang
menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”,
faktor-faktor penyimpangan sosial dibagi menjadi dua yaitu:
·
Faktor subjektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang
itu sendiri.
·
Faktor objektif, adalah faktor yang berasal dari luar diri
seseorang (lingkungan).
1.5. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Sosial
1.
Penyimpangan primer
2.
Penyimpangan sekunder
3.
Penyimpangan individu
4.
Penyimpangan kelompok
5.
Penyimpangan situasional
6.
Penyimpangan sistematik
1.6. Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial
1.
Penyimpangan seksual
2.
Penyalahgunaan narkotika
3.
Perkelahian antarpelajar
4.
Minum-minuman keras (alkoholisme)
5.
Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan
1.7. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
1.
Sikap mental yang tidak sehat
2.
Ketidakharmonisan dalam keluarga
3.
Pelampiasan rasa kecewa
5.
Pengaruh lingkungan dan media massa
6.
Keinginan untuk dipuji
7.
Proses belajar yang menyimpang
8.
Ketidaksanggupan menyerap norma
9.
Adanya ikatan sosial yang berlainan
10.
Proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
11.
Kegagalan dalam proses sosialisasi
1.8. Media Pembentukan Perilaku Menyimpang
1.
Keluarga
2.
Lingkungan tempat tinggal
3.
Kelompok bermain
4.
Media massa
1.9. Contoh Perilaku Menyimpang
1.
Hubungan seksual diluar nikah
2.
Minum-minuman keras
3.
Penyalahgunaan narkotika
4.
Kenakalan remaja
5.
Perkelahian antarpelajar
6.
Kriminalitas
7.
White collar crime
8.
Blur collar crime
9.
Kekerasan terhadap anak
2. Pengendalian Sosial
2.1. Pengertian Pengendalian Sosial
Berikut adalah beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut
para ahli sosiologi.
1.
Joseph S. Roucek. Pengendalian
sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana ataupun
tidak terencana yang mengajarkan, membujuk, atau memaksa individu untuk
menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.
2.
Peter L. Berger. Pengendalian
sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan
anggota-anggotanya yang membangkang.
3.
Horton. Pengendalian
sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau
masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat.
Kesimpulan dari ketiga pengertian perilaku menyimpang menurut para
ahli di atas adalah suatu proses yang direncanakan atau tidak direncanakan yang
mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai
dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
2.2. Ciri-Ciri Pengendalian Sosial
1.
Suatu cara/metode atau teknik untuk menertibkan
masyarakat/individu
2.
Dapat dilakukan oleh individu terhadap individu, kelompok
terhadap kelompok. atau kelompok terhadap individu
3.
Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam masyarakat
4.
Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak
disadari oleh kedua belah pihak
2.3. Tujuan Pengendalian Sosial
1.
Untuk menjaga ketertiban sosial
2.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai
dan norma-norma sosial di masyarakat
3.
Untuk mengembangkan budaya malu
4.
Untuk menciptakan dan menegakkan sistem hokum
2.4. Sifat Pengendalian Sosial
1.
Preventif
2.
Kuratif
3.
Represif
2.5. Jenis-Jenis Pengendalian Sosial
1.
Gosip atau desas-desus
2.
Teguran
3.
Pendidikan
4.
Agama
5.
Hukuman (punishment)
2.6. Cara-Cara Pengendalian Sosial
1.
Cara persuasif (mengajak dan membimbing)
2.
Cara koersif (kekerasan atau paksaan)
2.7. Lembaga Pengendalian Sosial
1.
Lembaga kepolisian
2.
Lembaga kejaksaan
3.
Lembaga pengadilan
4.
Lembaga adat
5.
Tokoh masyarakat
0 komentar