Rabu, 10 Februari 2016

Pengertian, Ciri, dan Bentuk Penyimpangan Sosial


PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG
Ada beberapa definisi penyimpangan sosial,yang diajukan para sosiolog :
a. James Vander Zander
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
b. Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
c. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Dari definisi-definisi di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku-perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.

CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
            Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.

d.  Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan

Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka.Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.



FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENYIMPANGAN SOSIAL

Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation“ sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
o   Faktor subjektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).

o   Faktor objektif, adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif):
a. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan

Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

b. Proses belajar yang menyimpang
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar-milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama-kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.



c. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial

Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.

d. Ikatan sosial yang berlainan

Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.

e. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang

Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.





BENTUK-BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL

Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:

a. Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1.) Penyimpangan bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.
2.) Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosialyang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.

Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun.
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
a.) Penyimpangan primer (primary deviation)
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya: siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.

b.) Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta mengganggu orang lain. Misalnya: orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya dicap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, “penodong” dan “pemerkosa”. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.

Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1.) Penyimpangan individual (individual deviation)

Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang darinorma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya: seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
a.)       Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.)        Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c.)       Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
d.)       Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
e.)       Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan dan berlagak membela.

2.) Penyimpangan kelompok (group deviation)

Penyimpangan kelompok adalah tindakan sekelompok orang yang beraksi secara kolektif dengan cara yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya: mafia obat-obatan terlarang dan narkotika, geng, dan komplotan penjahat.

Dalam penyimpangan kelompok biasanya kejahatan yang mereka lakukan sulit dibongkar dan dilacak pihak kepolisian.
           JENIS-JENIS PENYIMPANGAN SOSIAL

Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Jenis penyimpangan sosial (perilaku menyimpang), antara lain sebagai berikut:

a. Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan seksual dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1.) Perzinaan
2.) Suka terhadap sesama jenis (homoseksualitas)
a.)        Lesbian adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita.
b.)        Homoseks adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.
3.) Hubungan seksual di luar nikah (kumpul kebo)
4.) Pemerkosaan
Penyimpangan seksual selain bertentangan dengan norma, juga berbahaya bagi pelakunya maupun bagi masyarakat. Bahaya dari penyimpangan seksual antara lain sebagai berikut:
1.) Pencemaran dan pencampuradukan keturunan. Masyarakat Indonesia masih menjunjung adat keturunan yang mengagungkan kesucian, kehormatan, dan kemurnian keturunan.
2.) Penularan penyakit kelamin yang membahayakan pasangan suami istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya. Penyakit HIV AIDS yang sangat menakutkan juga disebabkan oleh zina.
3.) Ketidakteraturan rumah tangga sebagai akibat perceraian karena suami atau istri berbuat zina, sehingga menghancurkan keluarga.
4.) Terlantarnya anak-anak yang tidak berdosa sebagai akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab (para pelaku zina), sehingga anak yang dilahirkan mendapat julukan anak haram.

b. Penyalahgunaan narkotika

Penggunaan narkotika di bidang kedokteran, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat bagi manusia. Sebaliknya jika narkotika digunakan tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat maka akan mengakibatkan perilaku menyimpang.

Jenis-jenis narkotika antara lain ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin, dan heroin. Ada beberapa alasan orang menggunakan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Ingin menghilangkan atau mengurangi rasa takut.
2.) Ingin menghilangkan rasa malu atau minder.
3.) Ingin melupakan kesulitan atau permasalahan hidup meskipun hanya sebentar.
4.) Ada yang hanya sekedar ingin coba-coba supaya tidak ingin ketinggalan zaman.

Penggunaan narkotika pada tingkatan dan waktu tertentu akan mengakibatkan ketergantungan pada narkotika. Bahkan bisa menjadikan seseorang berbuat menyimpang seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan.

Contoh penyalahgunaan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Zat yang semestinya diberikan kepada orang sakit untuk mengurangi rasa sakit malah dipakai orang sehat.
2.) Obat penenang semestinya untuk pasien jiwa agar tidak mengamuk justru dipakai orang sehat.

c.  Perkelahian pelajar
d. Alkoholisme
e. Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan
f. Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya

Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dan biasanya, misalnya berikut ini:

1.)       Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa saja dilakukan oleh seseorang yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya.

2.)       Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti anak laki-laki memakai anting-anting, perempuan memakai anting di lidahnya, gaya rambut modern (berdiri ke atas) dan seniman berambut gondrong.

Penyimpangan Sosial dan Pengendalian Sosial

Perilaku menyimpang ataupun anti sosial merupakan hasil dari sosialisasi yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan proses sosialisasi itu disebabkan juga oleh gagalnya individu atau kelompok untukmengidentifikasi diri agar pola perilakunya sesuai dengan kaidah atau nilai dan norma sosial di masyarakat. Apa yang menyebabkan seseorang bisa berperilaku menyimpang dan bagaimana cara mengendalikannya? Langsung saja kita simak selengkapnya…..


1. Perilaku Menyimpang

1.1. Pengertian Perilaku Menyimpang

Berikut adalah beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli sosiologi.
1.            James W. Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2.            Robert M. Z. Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3.            Paul B. Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Kesimpulan dari ketiga pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli di atas adalah semua perlaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

1.2. Ciri-Ciri Penyimpangan Sosial

Menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri berikut:
1.            Penyimpangan harus dapat didefinisikan
2.            Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
3.            Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
4.            Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
5.            Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
6.            Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)

1.3. Teori-Teori Penyimpangan Sosial

1.            Teori kebudayaan khusus
2.            Teori anomie
3.            Teori reaksi masyarakat
4.            Teori differential association (pergaulan berbeda)
5.            Teori labelling
6.            Teori merton
7.            Teori fungsi

1.4. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial

1.            Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
2.            Proses belajar yang menyimpang
3.            Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
4.            Ikatan sosial yang berlainan
5.            Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, faktor-faktor penyimpangan sosial dibagi menjadi dua yaitu:
·                     Faktor subjektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri.
·                     Faktor objektif, adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang (lingkungan).

1.5. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Sosial

1.            Penyimpangan primer
2.            Penyimpangan sekunder
3.            Penyimpangan individu
4.            Penyimpangan kelompok
5.            Penyimpangan situasional
6.            Penyimpangan sistematik

1.6. Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial

1.            Penyimpangan seksual
2.            Penyalahgunaan narkotika
3.            Perkelahian antarpelajar
4.            Minum-minuman keras (alkoholisme)
5.            Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan

1.7. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

1.            Sikap mental yang tidak sehat
2.            Ketidakharmonisan dalam keluarga
3.            Pelampiasan rasa kecewa
4.            Dorongan kebutuhan ekonomi
5.            Pengaruh lingkungan dan media massa
6.            Keinginan untuk dipuji
7.            Proses belajar yang menyimpang
8.            Ketidaksanggupan menyerap norma
9.            Adanya ikatan sosial yang berlainan
10.         Proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
11.         Kegagalan dalam proses sosialisasi


1.8. Media Pembentukan Perilaku Menyimpang

1.            Keluarga
2.            Lingkungan tempat tinggal
3.            Kelompok bermain
4.            Media massa

1.9. Contoh Perilaku Menyimpang

1.            Hubungan seksual diluar nikah
2.            Minum-minuman keras
3.            Penyalahgunaan narkotika
4.            Kenakalan remaja
5.            Perkelahian antarpelajar
6.            Kriminalitas
7.            White collar crime
8.            Blur collar crime
9.            Kekerasan terhadap anak

2. Pengendalian Sosial

2.1. Pengertian Pengendalian Sosial

Berikut adalah beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli sosiologi.
1.            Joseph S. Roucek. Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana ataupun tidak terencana yang mengajarkan, membujuk, atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.
2.            Peter L. Berger. Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang.
3.            Horton. Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat.
Kesimpulan dari ketiga pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli di atas adalah suatu proses yang direncanakan atau tidak direncanakan yang mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

2.2. Ciri-Ciri Pengendalian Sosial

1.            Suatu cara/metode atau teknik untuk menertibkan masyarakat/individu
2.            Dapat dilakukan oleh individu terhadap individu, kelompok terhadap kelompok. atau kelompok terhadap individu
3.            Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam masyarakat
4.            Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak

2.3. Tujuan Pengendalian Sosial

1.            Untuk menjaga ketertiban sosial
2.            Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial di masyarakat
3.            Untuk mengembangkan budaya malu
4.            Untuk menciptakan dan menegakkan sistem hokum

2.4. Sifat Pengendalian Sosial

1.            Preventif
2.            Kuratif
3.            Represif

2.5. Jenis-Jenis Pengendalian Sosial

1.            Gosip atau desas-desus
2.            Teguran
3.            Pendidikan
4.            Agama
5.            Hukuman (punishment)

2.6. Cara-Cara Pengendalian Sosial

1.            Cara persuasif (mengajak dan membimbing)
2.            Cara koersif (kekerasan atau paksaan)

2.7. Lembaga Pengendalian Sosial

1.            Lembaga kepolisian
2.            Lembaga kejaksaan
3.            Lembaga pengadilan
4.            Lembaga adat
5.            Tokoh masyarakat


Load disqus comments

0 komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *